Jumat, 30 Maret 2012

ANARKISME BUKAN KEKERASAN

Tulisan ini saya buat dilatar belakangi keresahan intelektual. Kesadaran akan kesalahan paradigmatik yang berujung pada dikotomi makna, distorsi nilai bahkan reduksi hakikat yang sebenarnya menjadi-jadi. Anarkis dipersepsikan sama dengan kekerasan, bahkan kata-kata "kekerasan" diganti dengan kata "anarkis". Lihat saja, setiap ada demonstrasi atau aksi terhadap reaksi ataupun stimulus dari suatu respon yang berlebihan selalu dimaknai dengan "anarkis", padahal kekerasan tidak mempunyai aturan nilai bahkan tidak ada semacam filosofis yang dikandungnya. Hal ini berbanding terbalik dengan "anarkis", anarkis merupakan seperangkat ide-ide yang mempunyai kekuatan filosofis. Tulisan ini saya maksudkan agar jangan lagi ada kesalahan persepsi akan kesamaan anarkis dengan kekerasan.
A. Pengertian Anarkis
     Anarkisme merupakan kata dasar anarki yang diakhiri dengan isme. Kata anarki adalah tiruan kata asing seperti anarchy (Inggris) dan anarchie (Belanda/Jerman/Prancis), yang juga cuma meniru kata Yunani anarchos/anarchia. Ini merupakan kata bentukan a (tidak/tanpa/nihil) yang disisipi n dengan archos/ archia (pemerintah/kekuasaan). Anarchos/anarchia = tanpa pemerintahan (without rulers). Sedangkan Anarkis berarti orang yang mempercayai dan menganut anarki. Sedangkan isme sendiri berarti faham/ajaran/ideologi.
    Secara keseluruhan anarkisme yaitu suatu faham yang mempercayai bahwa segala bentuk negara, pemerintahan, dengan kekuasaannya adalah lembaga-lembaga yang menumbuh suburkan penindasan terhadap kehidupan, oleh karena itu negara, pemerintahan, beserta perangkatnya harus dihilangkan/dihancurkan.

"anarkisme adalah sebuah sistem sosialis tanpa pemerintahan. Ia dimulai di antara manusia, dan akan mempertahankan vitalitas dan kreativitasnya selama merupakan pergerakan dari manusia". (Peter Kropotkin).
"penghapusan eksploitasi dan penindasan manusia hanya bisa dilakukan lewat penghapusan dari kapitalisme yang rakus dan pemerintahan yang menindas" (Errico Malatesta).
     Anarkisme adalah teori politik yang bertujuan untuk menciptakan masyarakat tanpa hirarkis (baik dalam politik, ekonomi, maupun sosial). Para Anarkis berusaha mempertahankan bahwa anarki, ketiadaan aturan-aturan, adalah sebuah format yang dapat diterapkan dalam sistem sosial dan dapat menciptakan kebebasan individu dan kebersamaan sosial. Anarkis melihat bahwa tujuan akhir dari kebebasan dan kebersamaan sebagai sebuah kerjasama yang saling membangun antara satu dengan yang lainnya. Atau, dalam tulisan Bakunin yang terkenal :
"kebebasan tanpa sosialisme adalah ketidakadilan, dan sosialisme tanpa kebebasan adalah perbudakan dan kebrutalan" (The Political Philosophy of Bakunin, Hal. 269, Mikhail Bakunin)
 B. Sejarah Anarkisme
      Sejarah anarkisme dapat dirunut lebih jauh lagi bahkan sejak filsafat China (filsafat Timur). Filsafat Taois adalah merupakan salah satu sumber pemikiran dan sikap anarkis. Kaisar China Zhuangzi dapat dikatakan merupakan orang pertama yang mengungkapkan ide tentang anarkisme. Zhuangzi mengatakan bahwa “dunia ini tidak membutuhkan pemerintahan, dalam kenyataannya dunia ini tidak seharusnya diperintah”.
      Ide-ide anarkis bisa ditemui dalam setiap periode sejarah, walaupun masih banyak penelitian yang harus dilakukan dalam bidang ini. Kita menemuinya dalam karya filsuf Tiongkok, Lao-Tse (yang berjudul, Arah dan Jalan yang Benar) dan juga filsuf-filsuf Yunani seperti ‘Hedonists’ dan ‘Cynics’ dan orang-orang yang mendukung ‘hukum alam’, khususnya Zeno yang menemukan aliran ‘Stoic’ yang berlawanan dengan Plato. Mereka menemukan ekspresi dari ajaran-ajaran Gnostics, Karpocrates di Alexandria dan juga dipengaruhi oleh beberapa aliran Kristen di Zaman Pertengahan di Prancis, Jerman dan Belanda. Hampir semua dari mereka menjadi korban represi. Dalam sejarah reformasi Bohemia, anarkisme ditemui dalam karya Peter Chelciky (The Net of Faith) yang mengadili negara dan gereja seperti yang dilakukan oleh Leo Tolstoy di kemudian hari.
       Humanis besar lainnya adalah Rabelais yang dalam karyanya menggambarkan kehidupan yang bebas dari semua cengkraman otoritas. Sebagian dari pemrakarsa ideologi libertarian lainnya adalah La Boetie, Sylvan Marechal, dan Diderot. Karya William Godwin yang berjudul ‘Pertanyaan Mengenai Keadilan Politik dan Pengaruhnya Terhadap Moralitas dan Kebahagiaan’, merupakan bagian penting dari sejarah anarkisme kontemporer. Dalam karyanya tersebut Godwin menjadi orang pertama yang memberikan bentuk yang jelas mengenai filsafat anarkisme dan meletakannya dalam konteks proses evolusi sosial pada saat itu. Karya tersebut, boleh kita bilang adalah ‘buah matang’ yang merupakan hasil daripada evolusi yang panjang dalam perkembangan konsep politik dan sosial radikal di Inggris, yang meneruskan tradisi yang dimulai oleh George Buchanan sampai Richard Hooker, Gerard Winstanley, Algernon Sydney, John Locke, Robert Wallace dan John Bellers sampai Jeremy Bentham, Joseph Priestley, Richard Price dan Thomas Paine.
      Godwin menyadari bahwa sebab-sebab ‘penyakit’ sosial dapat ditemukan bukanlah dalam bentuk negara tetapi karena adanya negara itu. Pada saat ini, negara hanyalah merupakan karikatur masyarakat, dan manusia yang ada dalam cengkraman negara ini hanyalah merupakan karikatur diri mereka karena manusia-manusia ini digalakkan untuk menyekat ekspresi alami mereka dan untuk melakukan tindakan-tindakan yang merusak akhlaknya. Hanya dengan cara-cara tersebut, manusia dapat dibentuk menjadi hamba yang taat. Ide Godwin mengenai masyarakat tanpa negara mengasumsikan hak sosial untuk semua kekayaan alam dan sosial, dan kegiatan ekonomi akan dijalankan berdasarkan ‘ko-operasi bebas’ diantara produsen-produsen; dengan idenya, Godwin menjadi penemu Anarkisme Komunis.
     Sedangkan aliran ‘Anarkisme individual’ yang dianjurkan di Amerika oleh individu-individu yang cakap seperti, Josiah Warren, Stepehen Pearl Andrews, William B. Greeene dan terutama Benjamin R. Tucker, meskipun mempunyai banyak persamaan dengan ide Proudhon, tetapi tidak dapat menandinginya.
Ide mengenai Anarkisme Individual menemukan ekspresinya yang unik dalam karya [Mark Stirner] yang berjudul ‘Der Einzige und sein Eigentum’ (Ego dan Miliknya). Karya ini muncul dan menjadi guncangan hebat karena menyerang ilusi kritik filsafat dari kubu Hegelian Kiri yang cukup mendominasi pada saat itu. Namun karya yang dianggap oleh para filsuf lain sebagai tulisan serampangan dari seorang yang depresif ini dengan cepat dilupakan, tetapi mengalami kebangkitan lima puluh tahun kemudian.
     Dalam buku ini Stirner dengan cerdas menganalisa ketergantungan manusia dengan apa yang dikenal sebagai ‘kekuasaan yang lebih tinggi’ (higher powers). Stirner meyakini bahwa setiap individu pada dasarnya berbeda, dan karakter utamanya terlihat dari keunikan yang dimiliki oleh setiap ego. Stirner juga menganjurkan ego sebagai titik tumpu utama dalam melihat sesuatu di luar individu tersebut. Hal ini yang juga menjadi salah satu sebab mengapa Stiner dianggap sebagai pencetus ide mengenai Egoisme. Dia tidak takut memakai kesimpulan- kesimpulan yang diambil dari hasil survei. Buku tersebut merupakan pemberontakan yang sadar dan sengaja yang tidak menunjukan kehormatan kepada otoritas dan karenanya sangat menarik bagi pemikir mandiri.

C. Tokoh Utama Anarkisme

Pierre-Joseph Proudhon
   Pierre-Joseph Proudhon, adalah pemikir yang mempunyai pengaruh jauh lebih besar terhadap perkembangan anarkisme, seorang penulis yang betul-betul berbakat dan ‘serba tahu’ dan merupakan tokoh yang dapat dibanggakan oleh sosialisme modern. Proudhon sangat menekuni kehidupan intelektual dan sosial di zamanya, dan kritik-kritik sosialnya didasari oleh pengalaman hidupnya itu. Diantara pemikir-pemikir sosialis di zamannya, dialah yang paling mampu mengerti sebab-sebab penyakit sosial dan juga merupakan seseorang yang mempunyai visi yang sangat luas. Dia mempunyai keyakinan bahwa sebuah evolusi dalam kehidupan intelektual dan sosial menuju ke tingkat yang lebih tinggi harus tidak dibatasi dengan rumus-rumus abstrak.
     Proudhon melawan pengaruh tradisi Jacobin yang mendominasi pemikiran demokrat-demokrat di Perancis dan kebanyakan sosialis pada saat itu, dan juga pengaruh negara dan kebijaksanaan ekonomi dalam proses alami kemajuan sosial. Baginya, pemberantasan kedua-dua perkembangan yang bersifat seperti kanker tersebut merupakan tugas utama dalam abad kesembilan belas. Proudhon bukanlah seorang komunis. Dia mengecam hak milik sebagai hak untuk mengeksploitasi, tetapi mengakui hak milik umum alat-alat untuk ber produksi, yang akan dipakai oleh kelompok-kelompok industri yang terikat antara satu dengan yang lain dalam kontrak yang bebas; selama hak ini tidak dipakai untuk mengeksploitasi manusia lain dan selama seorang individu dapat menikmati seluruh hasil kerjanya. Jumlah waktu rata-rata yang dibutuhkan untuk memproduksi sebuah benda menjadi ukuran nilainya dalam pertukaran mutual. Dengan sistem tersebut, kemampuan kapital untuk menjalankan riba dimusnahkan. Jikalau kapital tersedia untuk setiap orang, kapital tersebut tidak lagi menjadi sebuah instrumen yang bisa dipakai untuk mengeksploitasi.

Mikhail Bakunin
       Tokoh utama kaum anarkisme adalah Mikhail Bakunin, seorang bangsawan Rusia yang kemudian sebagian besar hidupnya tinggal di Eropa Barat. Ia memimpin kelompok anarkis dalam konverensi besar kaum Sosialis sedunia (Internasionale I) dan terlibat pertengkaran dan perdebatan besar dengan Marx. Bakunin akhirnya dikeluarkan dari kelompok Marxis mainstream dan perjuangan kaum anarkis dianggap bukan sebagai perjuangan kaum sosialis. Sejak Bakunin, anarkisme identik dengan tindakan yang mengutamakan kekerasan dan pembunuhan sebagai basis perjuangan mereka. Pembunuhan kepala negara, pemboman atas gedung-gedung milik negara, dan perbuatan teroris lainnya dibenarkan oleh anarkhisme sebagai cara untuk menggerakkan massa untuk memberontak.
      Mikhail Bakunin merupakan seorang tokoh anarkis yang mempunyai energi revolusi yang dashyat. Bakunin merupakan ‘penganut’ ajaran Proudhon, tetapi mengembanginya ke bidang ekonomi ketika dia dan sayap kolektivisme dalam First International mengakui hak milik kolektif atas tanah dan alat-alat produksi dan ingin membatasi kekayaan pribadi kepada hasil kerja seseorang. Bakunin juga merupakan anti komunis yang pada saat itu mempunyai karakter yang sangat otoritar.
     Bakunin dan anarkis-anarkis lain dalam First International percaya bahwa revolusi sudah berada di ambang pintu, dan mengerahkan semua tenaga mereka untuk menyatukan kekuatan revolusioner dan unsur-unsur libertarian di dalam dan di luar First International untuk menjaga agar revolusi tersebut tidak ditunggangi oleh elemen-elemen kediktatoran. Karena itu Bakunin menjadi pencipta gerakan anarkisme modern. Peter Kropotkin adalah seorang penyokong anarkisme yang memberikan dimensi ilmiah terhadap konsep sosiologi anarkisme.
    Anarkisme model Bakunin, tidaklah identik dengan kekerasan. Tetapi anarkisme setelah Bakunin kemudian berkembang menjadi sebuah gerakan yang menjadikan kekerasan sebagai jalur perjuangan mereka. Dan puncaknya adalah timbulnya gerakan baru yang juga menjadikan sosialisme Marx sebagai pandangan hidupnya, yaitu Sindikalisme. gerakan ini menjadikan sosialisme Marx dan anarkisme Bakunin sebagai dasar perjuangan mereka. Bahkan gerakan mereka disebut Anarko-Sindikalisme.
Pada salah satu pidatonya dalam kongres ‘Perhimpunan Perdamaian dan Kebebasan’ di Bern (1868), dia berkata:
 "Saya bukanlah seorang komunis karena komunisme mempersatukan masyarakat dalam negara dan terserap di dalamnya; karena komunisme akan mengakibatkan konsentrasi kekayaan dalam negara, sedangkan saya ingin memusnahkan negara --pemusnahan semua prinsip otoritas dan kenegaraan, yang dalam kemunafikannya ingin membuat manusia bermoral dan berbudaya, tetapi yang sampai sekarang selalu memperbudak, mengeksploitasi dan menghancurkan mereka. "

D. Kesimpulan

      Berdasarkan pemaparan di atas, sudah sangat gamblang bahwa anarkisme merupakan aliran filsafat yang paradigmatiknya sangat jauh dengan "kekerasan". Harapan saya, ke depannya, jangan ada lagi kata-kata "anarkis" setiap ada demonstrasi atau aksi, karena ANARKIS BUKAN KEKERASAN.

1 komentar:

  1. wah, kebetulan saya juga lagi bahas anarkhis nih mas. Sekedar tambahan, coba bukunya anarkhisme dan revolusi sosial, Alexander Berkman mas. Memang bukan sebuah tulisan ilmiah atau teori-teori tentang ke-ilmiahan anarkhis, tapi disitu ada analogi2 yang menarik dan simpel yang diutarakan berkman. salam

    BalasHapus