Rabu, 10 Oktober 2012

Sidang Para Setan


Tepat pukul 00.00 dini hari. Angin laut berkelebat dengan begitu kencangnya. Pohon-pohon, daunnya nampak meringkik setelah embunnya menebal. Rembulan yang sejak tadi main petak umpet bersama bumi dibalik awan-awan hitam yang bergumpal, kali ini benar-benar menyelinap sunyi lama sekali. Udara berdesir seratus kali melebihi desisan ular kobra. Hari ini memang sudah diperhitungkan oleh para setan, bahwa semua manusia akan tertidur nyenyak dengan sendirinya tanpa sirep.
Nampak bergegas jutaan setan berduyun-duyun menuju astaka lengkap dengan anak keturunan. Mereka datang dari semua utusan pelosok propinsi, kabupaten, kota bahkan desa-desa. Semuanya merengsek ke Ibukota. Ruangan tempat sidang pun dibuat sangat terbuka nyaris seperti panggung raksasa yang membelah istana. Buyut –kakek-nenek – bapak-ibu-anak -cucu –cucut sampai cicit – nyaris tak ada yang ketinggalan. Masing-masing membawa segelas darah segar sebagai syarat pemberkatan berikutnya.
Malam yang sangat gelap dan teramat senyap keramat. Pertanda sidang para setan bisa dimulai.“Dini hari ini, apakah kalian sudah bisa bertanggung jawab memastikan bahwa tidak akan ada satu pun manusia yang akan bangun sholat Tahajud” kata pimpinan sidang sebelum sidang dimulai.“Kami jamin pimpinan sidang….”Serentak mereka menjawab dengan menundukkan anggota badannya sebagai tanda kesetiaan dan pengabdian total atas titah pimpinan.“Semua jam beker yang mereka pasang sudah saya off-kan tuan, bahkan di kedua telinganya sudah saya tulikan, agar tidurnya nyenyak, saya juga sudah buatkan bunga-bunga mimpi dalam tidur mereka sehingga perasaan mereka seakan-akan sudah sholat” salah satu dari setan itu memberikan penjelasan.“Baiklah, artinya…, apakah sidang akbar ini bisa dimulai?”“Siap tuan” jawab mereka serentak.“Dari absent yang kami terima, saya berterima kasih sekali bahwa kalian semua bisa hadir. Dan saya sudah membaca prestasi kalian.