Minggu, 10 Maret 2013

Angan-angan Senja


Senja datang menjelang, menjadi garis pemisah sore dan malam. Indah memang, tapi nuansa itu tak menyisakan berkas di hati. Siluet jingga itu memburam dalam nanar netraku. Tak kutemukan indah. Rasa ini sudah bertahun-tahun meraja dalam singgasana hatiku. Pedih melepaskannya. Dian Sastro telah berlalu dariku, jalinan cerita yang pernah kami rangkai,putus. Berderai. Berserakan tak menyisakan sebutir zarrah kedamaian. Kepergian Dian Sastro telah memasung jiwaku, memenjarakanku dalam bui nestapa. Ah...., pahit.

Masa depan serupa permata, cahaya berkilau merasuki angan-anganku. Pendarnya pun kemilau dan silaukan hidupku. Sadar akan kehilangannya, memberiku cemeti. mencambukku untuk membangun kembali puing-puing harapan. Aku kembali tegak, serupa Monas yang akan jadi saksi ikrar Anas Urbaningrum. Bawahnya kokoh, atasnya cemerlang bak emas pelambang cinta yang murni.

Aku gempita, ibarat adzan maghrib yang akan segera melantun, merasuki nala-nalar sadar para insani,syahdu. Aku diperhadapkan dalam sebuah pilihan yang berat dan aku pun terjebak. Oki Setiana Dewi atau Fatin Shidqia telah menjadi pelipur laraku. Aku berat memilih, karena kedua bunga ini telah bermahkota di taman hatiku

Tidak ada komentar:

Posting Komentar