“Setiap manusia adalah guru, setiap tempat adalah madrasah, dan setiap peristiwa adalah pembelajaran” (Ali Syariati)
Tak terasa sudah 21 tahun aku mengenyam
dunia pendidikan formal, 9 tahun di kampung, selebihnya di “Kota Daeng”
hingga sekarang. Jenjang pendidikan formal sudah kulewati, kecuali TK
atau PAUD. Mungkin karena tidak pernah jadi murid TK dan PAUD, aku tidak
tahu menyanyi atau menggambar binatang, hanya menggambar jaringan
instalasi listrik dan jalur elektronika di PCB yang aku bisa. Peralihan
jenjang itu tentunya menyisakan kisah-kisah yang begitu cemerlang, bukan
berarti tidak ada cerita suram di dalamnya. Ada, tapi ingatanku
sekarang tidak bisa merabanya terlalu sensitif.
Setiap jenjang punya cerita, ibarat
pepatah “lain lubuk, lain ikannya”. Kali ini aku hanya ingin berbagi
pesan dari sekian banyak orang yang kuanggap guru, entah guru secara
formal seperti yang ada didefenisi UU Guru dan Dosen, ataupun guru
informal sebagaimana defenisiku sendiri, seperti kata Ali Syariati
“Setiap Orang adalah guru”. Semua guru yang telah memberi kesan mendalam
sampai saat ini masih aku ingat.
Pesan guruku di SD “orang jujur dan
dermawan banyak temannya nanti”, itu yang kemudian meresap disegenap
jiwa-jiwa kecilku hingga kini. Pesan ini selaras dengan pesan
guru-guruku yang tidak berpakaian seragam, guru dari mimbar-mimbar
pengajian yang sering aku ikuti sejak STM hingga kini. Dari merekalah
aku belajar tentang makna kejujuran, dermawan dan kesederhanaan. Hai ini
diperkuat dosen statistikku waktu kuliah “Kalau tidak bisa memberi
manfaat, cukup tidak membawa keburukan untuk orang lain”. Pesan ini aku
tulis dalam motto hidupku, di skripsiku tertera jelas, kupegang karena
maknanya dalam.
Kata guruku kala SMP, saat aku dihukum
karena terlambat ikut upacara hari senin “Inilah konsekuensi dari
tindakanmu, terimalah sebagai bentuk tanggungjawabmu, karena laki-laki
itu harus berani dan bertanggungjawab”. Pesan guruku ini seirama dengan
guru-guruku di forum ilmiah, untuk hidup mulia harus amanah dan penuh
tanggungjawab. Hal ini coba kumanifestasikan diduniaku, sejak STM hingga
selesai S1, aku adalah pemimpin kawan-kawanku di kelas, begitupun di
organisasi yang kugeluti. Setiap organisasi yang kuikuti setidaknya ada
jabatan tinggi dan tertinggi yang diamanahkan kepadaku. Banyak yang
sukses, tapi tidak sedikit yang mengecewakan, bagiku dan bagi orang
lain. Aku harus banyak belajar dan melatih diri, agar karaktek amanah
bisa kumiliki.
Kala STM, guruku memberi pesan
“Kesuksesan bukan karena kamu sendiri, tapi ada orang lain yang punya
andil di dalamnya”. Pesan ini kuingat kala pelepasan peserta PSG,
maknanya adalah hidup ini terjalin seimbang, kerjasama dan saling
menasehati harus didahulukan. Kata-kata guruku itu sejalan dengan
kalimat-kalimat titah guru-guruku dibeberapa pelatihan yang kuikuti,
seirama guru-guruku kala aku ikut tarbiyah dan liqo. Saleh individu haru
dibarengi kesalehan sosial.
Kata-kata bijak dari guru-guruku, tidak
tersurat kutemukan seketika dari bibir ranum mereka, kadang ada yang
tersirat. Kadang ada yang terburai, mesti disatukan kembali, sendiriku
atau dengan orang lain. Hingga sekarang, pesan-pesan guruku yang tidak
bisa kuhitung jumlahnya, ingin kuabadikan. Tapi aku tak tahu dalam wujud
apa. Membalas jasa mereka karena membuatku seperti ini, ingin aku
lakukan. Guruku yang berdiri tegar di depan kelas, guruku yang memainkan
simfoni di forum ilmiah, guruku yang nyanyikan syair kehidupan di
mimbar-mimbar pengajian, guruku yang teduh di ruang pelatihan, guruku
yang mewujud dalam kawan dan lawan, guruku yang ada di telivisi, guruku
yang ada di radio, guruku di dalam buku dan disegenap media, guruku
yang ada di dunia nyata dan di dunia maya, guruku yang masih mengada dan
telah tiada, kuhaturkan TERIMA KASIH yang tak terhingga.
TERIMA KASIH tak cukup membalas
jasa-jasamu wahai guru, aku hanya murid yang masih perlu pembelajaran
dan pembimbingan. Salam hormatku untukmu segenap guruku, dihari
pendidikan nasional ini, kugenapkan do’a untuk mu guruku yang tak
terhitung jumlahnya, salam sore!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar