Tepat pukul
00.00 dini hari. Angin laut berkelebat dengan begitu kencangnya. Pohon-pohon,
daunnya nampak meringkik setelah embunnya menebal. Rembulan yang sejak tadi
main petak umpet bersama bumi dibalik awan-awan hitam yang bergumpal, kali ini
benar-benar menyelinap sunyi lama sekali. Udara berdesir seratus kali melebihi
desisan ular kobra. Hari ini memang sudah diperhitungkan oleh para setan, bahwa
semua manusia akan tertidur nyenyak dengan sendirinya tanpa sirep.
Nampak bergegas
jutaan setan berduyun-duyun menuju astaka lengkap dengan anak keturunan. Mereka
datang dari semua utusan pelosok propinsi, kabupaten, kota bahkan desa-desa.
Semuanya merengsek ke Ibukota. Ruangan tempat sidang pun dibuat sangat terbuka
nyaris seperti panggung raksasa yang membelah istana. Buyut –kakek-nenek –
bapak-ibu-anak -cucu –cucut sampai cicit – nyaris tak ada yang ketinggalan.
Masing-masing membawa segelas darah segar sebagai syarat pemberkatan
berikutnya.
Malam yang
sangat gelap dan teramat senyap keramat. Pertanda sidang para setan bisa
dimulai.“Dini hari ini, apakah kalian sudah bisa bertanggung jawab memastikan
bahwa tidak akan ada satu pun manusia yang akan bangun sholat Tahajud” kata
pimpinan sidang sebelum sidang dimulai.“Kami jamin pimpinan sidang….”Serentak
mereka menjawab dengan menundukkan anggota badannya sebagai tanda kesetiaan dan
pengabdian total atas titah pimpinan.“Semua jam beker yang mereka pasang sudah
saya off-kan tuan, bahkan di kedua telinganya sudah saya tulikan, agar tidurnya
nyenyak, saya juga sudah buatkan bunga-bunga mimpi dalam tidur mereka sehingga
perasaan mereka seakan-akan sudah sholat” salah satu dari setan itu memberikan
penjelasan.“Baiklah, artinya…, apakah sidang akbar ini bisa dimulai?”“Siap
tuan” jawab mereka serentak.“Dari absent yang kami terima, saya berterima kasih
sekali bahwa kalian semua bisa hadir. Dan saya sudah membaca prestasi kalian.